LEMBATA – PT Lembata Hira Sejahtera (Batara) dan Yayasan Anton Enga Tifaona berkolaborasi dengan Daemeter dan Brin mendukung aksi perubahan iklim serta mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Sejumlah aksi ini nantinya bermuara pada program Tanam Porang Panen Malpari yang disingkat Mama Papa.
CEO PT Lembata Hira Sejahtera Alexander Bala Tifaona menjelaskan, program penanaman Bio Energi (Malapari) merupakan bagian dari Riset sekaligus misi membangun Ekonomi masyarakat Lembata.
Pengembangan bibit tanaman Bio Energi (Malpari) ini akan ditangani langsung oleh PT Batara.
Menurut Alex, kabupaten Lembata sangat ideal sebagai pusat riset tanaman Malapari karena banyak ditemukan disepanjang pesisir pantai.
Alex berujar, Malapari hampir tidak ditemukan di daratan dan hanya beberapa pohon saja seperti di Wulandoni (150 mdpl), Puor (750 mdpl), dan Rumah Sakit Bukit (350 mdpl).
Dia menuturkan, Malpari dapat tumbuh hingga ketinggian 1200 mdpl. Oleh karena itu, uji coba penanaman di berbagai ketinggian perlu dilakukan untuk mendapatkan bibit unggul.
Karenanya, sebut Alex, penanaman di lereng Gunung Labalekan dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl adalah salah satu kegiatan riset yang akan dilakukan PT Batara dibantu Profesor Budi Leksono, Ahli Genetika dan Pemuliaan Tanaman dari Brin.
Selain itu, penanaman Malpari ini juga bertujuan untuk keperluan revegetasi lahan, konservasi genetik dan mengembalikan ekosistem serta biodiversitas alam.
“Saya mendengar cerita dari keluarga di Imulolong, bahwa di lereng gunung Labalekan itu dulu banyak
ditemui burung nuri, kakatua dan lain sebagainya. Sekarang sudah jarang bahkan tidak pernah lagi
ditemukan. Jadi melalui penanaman Malapari di area hutan lindung tersebut menggunakan ijin
Perhutanan Sosial (PS) diharapkan habitat alamnya dapat dikembalikan, kesuburan lahannya dapat.
diperbaiki, sumber air dan keaneka-ragaman hayati di area tersebut dapat dipelihara dan dijaga,” ungkap Alex Bala Tifaona putra mendiang almarhum Brigjen Pol (Purn) Drs. Anton Enga Tifaona yang lahir di kampung, Imulolong, Lembata.
Sambil menunggu hasil riset dan produksi Malapari di Lembata, PT Batara bersama Yayasan Anton Enga Tifaona bertekad memasarkan potensi yang dimiliki kabupaten Lembata saat ini, seperti Porang.
Pasalnya, banyak sentra porang di Lembata, bahkan beberapa bibit porang diambil dari tanaman hutan yang tumbuh di lereng gunung Labalekan.
Kepala UPTD KPH Kabupaten Lembata, Linus Lawe menjelaskan, pihaknya mendukung pengembangan tanaman Malpari di kabupaten Lembata.
Dia juga meminta masyarakat agar menggunakan kesempatan membuka lahan di kawasan hutan menggunakan undang-undang Perhutanan Sosial (PS).
Ketika masyarakat sudah memiliki ijin membuka lahan sesuai undang-undang Perhutanan Sosial maka mereka bisa melakukan beragam aktifitas kehutanan, salah satunya menanam Malpari.
Menurut Linus, upaya percepatan program Perhutanan Sosial yang didukung PT Batara dan Yayasan Anton Enga Tifaona, merupakan bentuk solusi penyelesaian konflik ditingkat tapak dan mendorong upaya pemanfaatan kawasan menuju masyarakat sejahtera hutan Lestari.
“Kami berharap, masyarakat bisa berpartisipasi memanfaatkan kesempatan ini,” kata Linus Lawe.
Desmiwati dari Pusat Riset Masyarakat dan Budaya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menjelaskan, peran aktif PT Batara
dan Yayasan Anton Enga Tifaona dalam pendampingan dan inisiasi ini perlu diberikan apresiasi.
Menurutnya, dengan adanya undang-undang Perhutanan Sosial, masyarakat harus bisa merespon dengan cara membuka lahan untuk tanaman Malpari dan komoditas lainnya sekaligus membuka peluang ke akses pasar.
“Peran pendamping PS akan mendorong kesejahteraan masyarakat dan kemandirian masyarakat,” katanya.
Dr. Maria Ratnaningsih dari Daemeter, Konsultan Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan juga mengatakan bahwa, momentum Program Mama Papa hendaknya dapat dimanfaatkan masyarakat Lembata untuk bekerja lebih semangat dengan tetap berpatokan pada adat dan budaya, gotong-royong dari turun-temurun mereka dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan demi masa depan generasi.
Berikut aksi nyata dari Program Mama Papa di Lembata, antara lain :
(1) Bersama Yayasan Anton Enga Tifaona berkolaborasi dengan Daemeter dan Brin akan mendampingi UPTD KPH Lembata dalam proses penerbitan ijin Perhutanan Sosial di area Hutan Lindung Hadakewa- Labalekan melalui skema Hutan Desa (HD) atau Hutan Kemasyarakatan (HKm);
(2) Melakukan penanaman Malapari di area Hutan Lindung Hadekewa-Labalekan menggunakan skema PS maupun dalam program RHL sebagai bagian riset Malapari;
(3) Membangun pabrik pengolahan porang yang ramah lingkungan di Lewoleba untuk mengolah umbi porang menjadi chip kering serta membuka pasar porang seluas-luasnya bagi kepentingan masyarakat Lembata;
(4) Menjadikan rumah almarhum Brigjen Pol (Purn) Drs. Antonius Stephanus Enga Tifaona, menjadi Rumah Aksi Iklim sebagai Pusat Konservasi Alam dan aktivitas terkait Isu Perubahan Iklim karena keberhasilan Perhutanan Sosial (PS) sangat ditentukan oleh kemauan yang kuat dari masyarakat untuk memanfaatkan kawasan hutan demi tercapainya masyarakat sejahtera hutan lestari.
Sebagai informasi, program Mama Papa ini disosialisaikan di kantor Camat Wulandoni, Minggu 1 Oktober 2023, pukul 13.00 WITA, dihadiri oleh Kepala UPT KPH Lembata, Camat Wulandoni, Kades Imulolong, Kades Puor, dan sejumlah Gapoktan di Wulandoni dan masyarakat.(Red)