LEMBATA – Pandu Budaya Lembata menggelar pameran Pangan Lokal Masyarakat Adat (Gelekat) Lembata di Taman Swaolsa Titen, Kota Lewoleba pada Selasa 29 Agustus 2023.
Mengusung tema “Makan apa yang Kita Tanam dan Tanam apa yang Kita Makan”, Pandu Budaya Lembata memperkenalkan pangan lokal dari 12 kampung adat di kabupaten Lembata.
Ketua Panitia Festival Pangan, Rian Odel mengemukakan, pada 22-24 Juni 2023, Pandu Budaya Lembata yang terdiri atas 21 orang dan 4 orang narasumber lokal melakukan kegiatan Sekolah Lapang Kearifan Lokal di Desa Hoelea II, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata.
Dalam kegiatan tersebut, Pandu Budaya Lembata berhasil mengidentifikasi 199 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) dari berbagai kategori di 12 kampung adat.
“Setelah itu, dilakukan kurasi OPK selama 3 hari bertempat di aula SMK Ile Lewotolok, Kecamatan Nubatukan pada 26-28 Juli 2023. Masing-masing Pandu Budaya mempresentasikan hasil temuannya di kampung adatnya sebagaimana yang telah mereka identifikasi sebelumnya pada Sekolah Lapang Kearifan Lokal,” katanya.
Hasil kurasi OPK ini akan menjadi materi dalam penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD).
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Sekolah Lapang Kearifan Lokal, maka disepakati bersama bahwa digelar kegiatan pameran pangan lokal masyarakat adat.
Fokus dari kegiatan ini yakni pameran pangan lokal dari 12 kampung adat di Lembata. Oleh karena itu, masing-masing kampung adat mengutus 5 orang untuk menyiapkan berbagai menu makanan lokal yang akan dipamerkan kepada para partisipan sekaligus sebagai makanan yang dikonsumsi bersama selama 3 hari kegiatan.
Selain itu, akan ada pemutaran film dokumenter tentang pangan lokal Lembata yang di dalamnya ditampilkan pula proses kerja pandu Budaya Lembata dalam melakukan pengidentifikasian pangan lokal. Film dokumenter tersebut akan menampilkan suara-suara minor dari masyarakat tentang masalah dan harapan mereka untuk menjaga eksistensi pangan lokal Lembata.
Berikut ke-12 masyarakat adat beserta aneka pameran pangan lokal, diantaranya;
(1) Masyarakat Adat Hobamatan : ubi aleu’au, (ubi kelapa), dan aleu’leu (ubi gembili);
(2) Masyarakat Adat Leulea : Uye, Oma, dan Were (jewawut), mu’u, (pisang), ubi, jagung titi (hengan), utan laleng (kacang tanah);
(3) Masyarakat Adat Toul : lala’bali (nasi jagung), dan hengan bewo (jagung titi);
(4) Masyarakat Adat Leutubung : kaputu, hengan ala hutan (jagung titi campur kacang), bater deyu, wayan lolon dayu, dan i’a lame;
(5) Masyarakat Adat Atawai : Makojava (kacang hutan), uta kedar (kacang hutan), petai, brome (dari kepiting dan udang);
(6) Masyarakat Adat Leuhoe : Leye
(7) Masyarakat Adat Lewuhala : Belai, Keju Lolo (rumpu rampe) dan kwaka;
(8) Masyarakat Adat Lewoahar : Umek, maliken, wit teiye, dan ubi porang;
(9) Masyarakat Adat Ali’ur : watar utu, benga’muna, ikan, kacang;
(10) Masyarakat Adat Leuwutung : aleu, eheng, ubi lapis, lapis labu, susur, kodo bodo, tar pisang;
(11) Masyarakat Adat Lamariang : uwe kole, wata nali wewe, wata nali ute, uwe keju glawe tapo;
(12) Masyarakat Adat Wa’kio : banga, bose, watar holo, hengan motong;(Red)