PROGRAM Ditjen Kebudayaan, Muda Berdaya untuk Kedaulatan Pangan (MBKP) tahun 2024 di Kabupaten Lembata, NTT resmi dibuka.
Acara pembukaan program MBKP itu berlangsung di Pantai Wulen Luo, Lewoleba, pada Sabtu 5 Oktober 2024 sore.
Penjabat Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapobali hadir langsung membuka kegiatan tersebut.
Disaksikan katawarga.id, ratusan mahasiswa, para pejabat Ditjen Kebudayaan dan pemerintah Lembata turut hadir.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek, Sjamsul Hadi menyampaikan bahwa, pihaknya sudah memiliki 21 orang sebagai Pandu Budaya di Lembata.
Para Pandu Budaya di Lembata yang sudah mendapat pembinaan secara langsung oleh Ditjen Kebudayaan itu akan membantu para mahasiswa magang melakukan riset terkait potensi pangan lokal di Lembata.
Dari hasil riset itu, pangan lokal yang dinilai masuk kriteria kedaulatan pangan akan di input ke dalam pangkalan data Ditjen Kebudayaan.
Penanggungjawab MBKP tahun 2024, Ratna Yunarsih melaporkan, program MBKP itu melibatkan 218 mahasiswa dari 103 perguruan tinggi yang tersebar di 29 provinsi di Indonesia.
Dari 218 mahasiswa itu, sebanyak 212 peserta magang ditempatkan di kabupaten Lembata selama tiga bulan lebih.
Selama berada di Lembata, para mahasiswa akan melakukan pendataan potensi pangan lokal, pemetaan lokasi lahan pangan lokal, serta pola produksi, distribusi, dan konsumsi masyarakat Lembata.
“Enam mahasiswa ditempatkan di kantor Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek di Jakarta dengan tugas sebagai desainer grafis, copywriter, dan admin media sosial,” ujar Ratna.
Devi Perwita Sari Bunga Herza, salah satu peserta MBKP 2024 dari Universitas Islam Riau, mengaku gembira bisa terlibat dalam program Ditjen Kebudayaan ini.
Menurut dia, program MBKP punya dampak penting untuk masyarakat karena beririsan langsung dengan isu ketahanan pangan bahkan kental dengan budaya.
“Sebelum mengikuti MSIB MBKP ini saya terlibat dalam kegiatan bersama berbagai lembaga yang mengulik keterkaitan kebudayaan dengan ilmu yang saya pelajari, yaitu Agronomi dan Agroteknologi,” ungkapnya.
Atthoya Atthur Harry Aslam, peserta MBKP dari Universitas Riau juga mengaku tertarik dengan program magang tersebut.
Sebagai mahasiswa jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Harry ditugaskan sebagai enumerator atau pengumpul data selama.
Menurut dia, pangan lokal sangat beragam, dan menjadi bagian dari kebudayaan. Karena itu, kesempatan untuk melakukan riset di Lembata, NTT, dia anggap menjadi daya tarik baru.
“Saya tertarik untuk mengetahuinya dan belajar dari kearifan lokal seperti yang ada di Lembata NTT ini, untuk mengolahnya dan menjadikannya lebih bernilai lagi,” katanya antusias.(Tim-Red/)