LEMBATA – Ketua Yayasan Pendidikan Umat Katolik Lembata (Yapenduklem), Petrus Toda Atawolo diduga tengah berupaya membohongi Uskup Larantuka, Mgr. Frans Kopong Kung dengan melakukan pendekatan dengan komite dan tokoh masyarakat, Besei, desa Banitobo, Kecamatan Lebatukan, untuk menukarkan nama SDK Nuba Lamatuka dengan SDK Lamatuka.
Dugaan ini disampaikan Ketua Komite SDK Nuba Lamatuka, Adi Lazar dan sejumlah tokoh masyarakat Besei lainnya kepada wartawan di Lewoleba, Kamis 3 Agustus 2023.
Menurut Adi, di desa Banitobo terdapat dua sekolah dasar yakni SDK Lamatuka yang berdiri pada tahun 1927 dan berada di dusun Leimean, Hidalabi. Sedangkan SDK Nuba Lamatuka yang berdiri pada tahun 2004 dan terletak di dusun Besei.
SDK Lamatuka merupakan sekolah milik Keuskupan Larantuka dan berlindung di bawah Yapenduklem. Sementara SDK Nuba Lamatuka adalah sekolah yang didirikan atas inisiasi warga dan tidak bernaung di bawah Yapenduklem. SDK Nuba Lamatuka juga didirikan warga karena masalah jarak yang terlalu jauh antara SDK Lamatuka di dusun Leimean dengan dusun Besei.
Dalam perjalanan waktu, sebut Adi, sekitar tahun 2018, ada rencana untuk mengalihkan status SDK Lamatuka menjadi Sekolah Negeri. Namun rencana ini ditolak Uskup Larantuka. Karena penolakan Uskup atas rencana untuk menegerikan SDK Lamatuka, SDK Nuba Lamatuka mendapatkan lampu hijau untuk dialihkan statusnya menjadi sekolah Negeri.
Lampu hijau untuk menegerikan SDK Nuba Lamatuka ini diketahui Adi dan rekan-rekannya melalui sebuah pertemuan yang digelar tanggal 9 Juni 2023 di desa Banitobo yang dihadiri ketua Yapenduklem, Petrus Toda Atawolo.
Dikisahkan Adi, karena mendapat protes dari warga Besei dan tidak menghasilkan sebuah keputusan, sehingga ujung dari pertemuan itu adalah voting. Voting ini menurutnya terkesan dipaksakan agar Yapenduklem mendapat kepastian untuk menggantikan nama SDK Nuba Lamatuka di dusun Besei menjadi SDK Lamatuka yang berada di dusun Leimean. Sedangkan SDK Lamatuka di dusun Leimean menjadi SDK Nuba Lamatuka yang berada di dusun Besei.
“Saya sudah ketemu Bapa Uskup dan sudah saya jelaskan duduk masalahnya. Pesan Yang Mulia, diurus baik-baik. Dan yang mau dinegerikan itu SDK Nuba Lamatuka, bukan SDK Lamatuka yang berada di bawah Yapenduklem. Tapi kenapa ada upaya seperti ini oleh Ketua Yapenduklem, apakah ini upaya untuk membohongi Bapak Uskup?”, tanya Adi.
Sementara itu, Linus Loang Lengari, tokoh masyarakat Besei mengatakan, SDK Nuba Lamatuka itu didirikan oleh warga dan tidak tercatat sebagai sekolah Katolik yang berada di bawah naungan Yapenduklem.
Namun upaya untuk menukar nama sekolah ini menurutnya justru datang dari Ketua Yapenduklem yang tidak ada sangkut pautnya dengan sekolah tersebut.
“SDK Nuba Lamatuka kan bukan sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Yapenduklem. Itu kan sekolah yang didirikan warga. Kenapa mereka datang gelar pertemuan lalu voting seolah-olah sekolah itu milik Yayasan”, gugat Linus.
Ditegaskan Linus, warga Besei tetap berkomitmen untuk terus berjuang agar SDK Nuba Lamatuka di Besei, tetap dinegerikan baik dari sisi fisik maupun bukan SDK Lamatuka yang berada di dusun Leimean karena hasil tukar nama.
Sementara itu, Ketua Yapenduklem, Petrus Toda Atawolo ketika ditemui sejumlah wartawan di kediamannya di Jalan Polo Ama Lamahora pada 4 Agustus 2023 enggan menemui awak media.
Hingga berita ini ditulis, mantan Sekda kabupaten Lembata itu memilih tidak memberikan keterangan resmi sebagai upaya konfirmasi dari awak media.(Red)