PUBLIK Nagawutung kini tengah diguncang kabar mengejutkan. Kepala Puskesmas (Kapus) Loang, Fransiska Listiyanti Toja, yang dikenal berprestasi dan inovatif, mendadak dibebastugaskan dari jabatannya usai menjalani pemeriksaan oleh tim dari Pemerintah Kabupaten Lembata.
Informasi yang diperoleh media dari salah satu pejabat di lingkup Setda Lembata menyebutkan, pemanggilan dan pemeriksaan (BAP) terhadap Fransiska dipicu oleh telaan yang diajukan beberapa bawahannya di Puskesmas Loang kepada Bupati Lembata, Petrus Kanisius Tuaq. Namun menariknya, isi telaan tersebut justru disebut minim substansi dan sarat kepentingan, tanpa indikasi pelanggaran atau penyalahgunaan wewenang.
Lebih ironis lagi, setelah BAP dilakukan, Fransiska langsung dicopot dari jabatannya dan digantikan oleh salah satu staf yang disebut-sebut termasuk dalam kelompok pelapor.
Keputusan sepihak ini sontak menuai sorotan tajam dan tudingan bahwa langkah tersebut berbau politis.
“Yang punya prestasi saja disingkir, lalu siapa lagi yang mau kerja dengan hati?” keluh salah satu aparat desa di wilayah Nagawutung yang enggan disebut namanya.
Dari Nol ke Puncak, Jejak Emas Seorang Fransiska
Sejak dilantik sebagai Kapus Loang pada Mei 2023, Fransiska langsung menggebrak. Di bawah kepemimpinannya, Puskesmas Loang menjadi puskesmas pertama di Kabupaten Lembata yang meraih Akreditasi Paripurna dari Kementerian Kesehatan RI.
Tak berhenti di situ, ia melahirkan inovasi Desa Sehat yakni Gerakan Layanan Kesehatan Terpadu (Gelekat Naga) sebagai Program unggulan Puskesmas yang mencakup semua standar pelayanan minimal puskesmas dan mendapat apresiasi dari Dinas Kesehatan Lembata.
Kegiatan inovasi Desa Sehat Gelekat Naga ini mengintegrasikan seluruh program dan kegiatan Puskesmas baik rutin maupun penunjang di setiap desa guna meningkatkan capaian program pada kegiatan posyandu, skrining PTM maupun kegiatan penunjang lainnya.
Gelekat Naga ini pun bermaksud untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Atas kerja keras itu, di tahun 2024, Fransiska diganjar penghargaan Tenaga Kesehatan Teladan Tingkat Nasional bahkan bersama timnya mewakili NTT hingga ke Singapura.
Dari Stunting ke Zero Case, Bukti Nyata Kinerja Lapangan
Sebelum ia menjabat, wilayah binaan Puskesmas Loang mencatat 65 kasus stunting. Namun melalui kerja lintas sektor yang solid, angka itu merosot drastis menjadi 19 kasus, bahkan 7 dari 18 desa di Nagawutung kini berstatus zero stunting pada tahun 2025, dan ini merupakan capaian yang belum tertandingi di Lembata.
Fransiska juga dikenal produktif melahirkan program inovatif lain, seperti Kalender Mama dan Kalender Mamih, yang bertujuan untuk memantau asupan gizi ibu hamil untuk mencegah risiko stunting sejak dini.
Kini, ia tengah mengupayakan agar Puskesmas Loang menjadi Pilot Project Integrasi Layanan Primer (ILP) di Kabupaten Lembata — gagasan yang disebut-sebut bisa menjadi model pelayanan kesehatan modern di NTT.
Prestasi yang Tak Terbantahkan
Di bawah kepemimpinannya, Puskesmas Loang berhasil meraih sejumlah prestasi. Beberapa diantaranya adalah, meraih penghargaan dari BPJS Kesehatan KC Maumere atas capaian skrining kesehatan terbaik. Mencapai Kapasitas Berbasis Kinerja (KBK) dengan nilai tertinggi di tahun 2023 dan mendirikan 18 klub Prolanis aktif di Nagawutung yang seluruh pesertanya kini dalam kondisi sehat.
Puskesmas Loang juga sukses meraih Juara 1 kategori Manajemen Puskesmas Terbaik pada peringatan Hari Kesehatan Nasional 2024, dan mengantarkan Kader Desa Baobolak menyabet Juara Nasional Kategori Kader Penyuluh Berprestasi mewakili NTT.
Namun, ironisnya, di tengah deretan capaian itu, Fransiska justru diberhentikan dari jabatannya.
Sinyal Politik atau Salah Langkah Kebijakan?
Beberapa sumber di lingkup Dinas Kesehatan Lembata mengungkap kejanggalan lain. Menurut mereka, surat pembebasan tugas Fransiska diterima lebih dulu sebelum proses BAP dilakukan.
