DALAM lanskap politik lokal yang sering kali diwarnai pragmatisme dan kepentingan pribadi, langkah John Batafor, kader muda Partai NasDem, terasa seperti oase di tengah padang pasir. Ia, tanpa tekanan, memilih mengembalikan belasan juta rupiah uang Bimbingan Teknis (Bimtek) DPRD Lembata kepada Sekretariat DPRD. Alasannya sederhana namun menggetarkan nurani: dia tidak mengikuti Bimtek tersebut yang digelar di Jakarta pada 21-26 April 2025 lalu.
Namun, tindakan John tidak berhenti pada sekadar pengembalian uang. Ia menyuarakan sesuatu yang lebih dalam dan fundamental bahwa, kegiatan semacam Bimtek semestinya tidak harus membebani keuangan negara dengan memilih lokasi mahal seperti Jakarta. Menurutnya, Kupang-yang jauh lebih terjangkau—cukup memadai untuk keperluan tersebut.
Bagi sebagian orang, mungkin ini hanyalah tindakan sepele. Tetapi dalam atmosfer politik yang sering kali diselimuti kompromi moral, langkah John terasa seperti ledakan kecil yang menggetarkan dinding kebiasaan lama.
Lebih dari itu, John dengan lugas mengusulkan agar dana tersebut digunakan untuk membiayai program-program riil yang dibutuhkan masyarakat, seperti bedah rumah dan pembangunan MCK. Usulan ini menunjukkan kepekaannya terhadap masyarakat kelas miskin di Lembata, sesuatu yang sering luput dari perhatian para elite daerah.
Langkah John mengingatkan kita bahwa politik, sejatinya, adalah soal keberpihakan—bukan pada kekuasaan, bukan pada kenyamanan segelintir orang, melainkan pada rakyat yang harus diutamakan.
Dalam masa di mana kepercayaan publik terhadap politisi berada di titik nadir, tindakan John Batafor adalah secercah harapan. Ia membuktikan bahwa masih ada politisi yang bekerja dengan hati nurani, bukan semata-mata kepentingan pribadi.
Bukan Soal Uang, Tapi Soal Sikap
Dalam politik, kerap kali angka menjadi ukuran utama: berapa banyak anggaran diserap, berapa miliar dihabiskan untuk pelatihan yang entah berapa manfaatnya. John, dengan sikapnya, mengingatkan bahwa angka bukanlah segala-galanya. Ada hal yang lebih mahal dari uang, yakni integritas.
Lebih dari sekadar mengembalikan uang, John menyuarakan sesuatu yang jauh lebih penting. Ia mempertanyakan kebutuhan untuk menyelenggarakan Bimtek di Jakarta—sebuah kota mahal—sementara rakyat Lembata bergulat dengan keterbatasan ekonomi yang nyata.
Ia mengusulkan solusi: mengapa tidak diselenggarakan saja di Kupang? Lebih dekat, lebih murah, lebih rasional. Ia bahkan melangkah lebih jauh, meminta agar dana yang dikembalikan dialihkan untuk program-program konkret seperti bedah rumah atau pembangunan MCK—kebutuhan mendesak yang benar-benar menyentuh kehidupan masyarakat kecil.
Politik yang Menyentuh Tanah
Apa yang dilakukan John Batafor seolah menjadi teguran halus kepada banyak politisi yang sering kali sibuk “membahas rakyat” namun justru semakin jauh dari denyut nadi rakyat. Ia mengingatkan kita bahwa politik bukan sekadar adu pidato atau lobi di hotel-hotel mewah, melainkan kerja nyata, berani memikirkan ulang prioritas.
John mengajarkan bahwa untuk menjadi “berpihak kepada rakyat” tidak perlu menunggu di podium besar atau pesta demokrasi lima tahunan. Terkadang, keberpihakan itu hadir dalam keputusan-keputusan kecil yang bermuara dari kejujuran terhadap diri sendiri.
Mencari Lilin di Tengah Gelap
Langkah John Batafor tentu bukan tanpa resiko. Dalam dunia politik, berjalan berbeda bisa berarti melawan arus, bahkan tersisih. Namun sejarah menunjukkan, perubahan selalu bermula dari segelintir orang yang berani berkata: “Ini tidak benar.”
Di tengah kegelapan ketidakpedulian, kita membutuhkan lebih banyak lilin seperti John, bukan hanya menambah nyala, tetapi juga memperlihatkan jalan.
Tentu, satu John tidak cukup untuk mengubah sistem. Tapi satu John bisa menginspirasi sepuluh, seratus, bahkan seribu lainnya.
Semangat Restorasi yang Nyata
Sebagai kader Partai NasDem, apa yang diperlihatkan John sejalan dengan semangat restorasi Indonesia yang diusung partai besutan Surya Paloh.
Restorasi bukan sekadar slogan—melainkan kerja nyata memperbaiki yang bengkok, meluruskan yang salah, dan mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap demokrasi.
Dalam dunia yang sering kali sinis terhadap politisi, John Batafor membuktikan bahwa masih ada ruang untuk optimisme.
Bahwa masih ada politisi yang memilih jalan sulit: jalan kejujuran, jalan keberanian, jalan untuk rakyat.
Melalui langkah kecil namun penuh makna ini, John Batafor mengingatkan kita semua:
Bahwa politik sejati bukan tentang memperkaya diri—tetapi tentang memperjuangkan kehidupan yang lebih baik untuk semua.
Akhir Kata
Politik hari ini bukan butuh lebih banyak seremoni. Ia butuh lebih banyak nurani.
Di saat banyak pejabat masih sibuk berlomba siapa paling sibuk ke luar kota, John Batafor malah menunjukkan siapa yang paling sibuk berpikir untuk rakyat.
Sebuah tindakan kecil? Mungkin.
Sebuah makna besar? Pasti.
Mari kita rawat dan dukung keberanian kecil ini, sebelum politik kita sepenuhnya kehilangan maknanya.(Redaksi/)