KELANGKAAN Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya jenis Pertamax dan Pertalite, di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) semakin parah selama sepekan terakhir. Kondisi ini memicu lonjakan harga BBM eceran dan membuat masyarakat kesulitan mendapatkan bahan bakar dengan harga wajar.
Di sejumlah titik penjualan, BBM jenis Pertamax dan Pertalite dikabarkan mengalami kelangkaan seperti yang tejadi di SPBU Ile Ape dan SPBU Lamahora. Dua depot pengisian bahan bakar ini sejak sepekan terakhir tidak lagi melayani pengisian BBM.
Informasi yang diterima, nosel pengisian BBM di SPBU Ile Ape alami kerusakan sehingga pelayanan terpaksa dihentikan. Sementara untuk SPBU Lamahora, terjadi kekosongan stok. Berangkat dari hal ini, para pengecer akhirnya mengambil kesempatan untuk menjual BBM dengan harga yang sangat tinggi, melebihi harga eceran yang ditentukan.
Berdasarkan laporan dari masyarakat, harga Pertamax dan Pertalite eceran bahkan melonjak hingga dua kali lipat dari harga normal. Biasanya, harga Pertamax dan Pertalite hanya Rp20.000 per botol Aqua besar, kini takarannya dikurangi dan harganya dinaikkan menjadi Rp25.000 hingga Rp30.000.
“Sekarang semakin mahal, sudah 25-30 ribu, itu juga hanya setengah botol” ujar Mega, seorang guru di Kota Lewoleba.
Mega meminta pemerintah Lembata menertibkan para pengecer dan segera mengatur harga bahan bakar eceran yang dijual dengan harga mahal.
Sementara itu, Pemerhati Sosial di Lembata mengatakan bahwa, kelangkaan BBM dan kenaikan harga BBM eceran ini menjadi rapor merah untuk masa awal jabatan Bupati Kanis dan Wabup Nasir. Pasalnya, masalah ini selalu terjadi berulang kali.
Semestinya, jauh-jauh hari sebelum dilantik masalah itu harus sudah dipikirkan dan menjadi prioritas 100 hari kerja Bupati Kanis dan Wabup Nasir.
Pengamat juga mengatakan bahwa, mengatasi kelangkaan BBM dan mencegah kenaikan harga eceran tidak sulit karena Lembata punya empat SPBU. Jika pemerintah rutin melakukan kontrol maka masalah serupa tidak akan terjadi.
Bahkan, visi misi Nelayan Tani Ternak tidak akan berjalan baik kalau masalah akut kelangkaan BBM dan harga eceran di Lembata tidak pernah diurai tuntas.
“Dua pimpinan Lembata ini harus buka mata. Pahami baik sirkulasi BBM. Jangan mau kalah juga dengan pengecer,” ungkap Rian, Senin 10 Maret 2025.
Rian juga mendesak agar Bupati Kanis Tuaq segera menerjunkan Polisi dan Satpol PP untuk menertibkan para pengecer yang sesuka hati menjual Pertamax dan Pertalite dengan harga tinggi.
Menurut dia, langkah tersebut merupakan kontrol pemerintah dan aparat terkait kebijakan supaya keresahan masyarakat terhadap masalah BBM bisa terjawab.
“Harus malu, Lembata sudah 25 tahun tapi masalah BBM tidak kunjung tuntas diatasi,” ujarnya.
Pemda Lembata dan aparat terkait juga dinilai belum cukup tegas dalam mengatasi masalah ini. Meskipun kelangkaan BBM sudah terjadi beberapa waktu, hingga saat ini belum ada tindakan yang signifikan untuk mengontrol harga atau menindak para pengecer yang menjual BBM dengan harga selangit.
Masyarakat berharap pemerintah segera mengurai kelangkaan BBM sekaligus mengambil langkah tegas terhadap para pengecer yang sengaja mencari keuntungan dengan menaikkan harga BBM eceran secara tidak wajar.(tim/red/)