LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) Barakat telah meluncurkan inisiatif baru dengan merekrut Tim Lokal Champion untuk kampanye dampak perubahan iklim terhadap keberlanjutan ekosistem Blue Karbon (karbon biru).
Langkah ini bertujuan untuk mengatasi krisis iklim yang semakin parah dan melindungi ekosistem blue karbon yang vital bagi keseimbangan lingkungan.
Karbon biru, yang mencakup ekosistem pesisir seperti mangrove, padang lamun, dan rawa-rawa pesisir, dikenal memiliki kemampuan menyerap karbon yang sangat efektif. Namun, keberadaan ekosistem ini terancam oleh perubahan iklim dan aktivitas manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan.
Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan aksi nyata, LSM Barakat memobilisasi komunitas lokal sebagai ujung tombak kampanye ini.
Direktur LSM Barakat, Benediktus Bedil, menyatakan bahwa pelibatan komunitas lokal (tim lokal champion) adalah kunci sukses program ini karena terdiri dari individu-individu yang punya pengetahuan mendalam tentang kondisi lingkungan setempat.
Tim lokal champion ini juga nantinya akan menjadi duta perubahan, mengedukasi masyarakat, dan mengadvokasi praktik-praktik berkelanjutan yang bisa menyelamatkan ekosistem bluekarbon di desanya masing-masing.
“Mereka yang direktrut akan kampanye tentang Muro sebagai salah satu basis ekosistem blue karbon untuk mengatasi krisis iklim,” ujar Benediktus disela-sela rapat koordinasi dan advokasi dampak perubahan iklim di LSM Barakat, Lamahora, Rabu 22 Mei 2024.
Menurut dia, ada lima desa yang menjadi sasaran kampanye dari program ini yakni, desa Dikesare, Tapobaran di kecamatan Lebatukan, desa Kolontobo di kecamatan Ile Ape, dan Lamatokan dan Lamawolo di kecamatan Ile Ape Timur.
Sebagai bagian dari kampanye ini, tim lokal champion akan mengadakan serangkaian kegiatan seperti pelatihan dan workshop. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola dan melindungi ekosistem bluekarbon.
Kampanye tim lokal champion ini juga menurutnya, bermaksud untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat tentang pentingnya ekosistem bluekarbon dan dampaknya terhadap perubahan iklim.
Tim ini pun nantinya akan berkolaborasi dengan pemerintah dan stakeholder lain untuk menggalang dukungan dari berbagai pihak untuk memperkuat upaya konservasi terhadap ekosistem pesisir.
“Lima desa itu yang selama ini kita fasilitasi karena punya kearifan muro dan sudah punya SK Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 95 tahun 2021 tentang Kawasan Konservasi di Perairan Wilayah Lembata dan NTT. Di sana, mereka kerjakan banyak hal, termasuk kampanye tentang keberlanjutan ekosistem laut terhadap dampak bencana alam seperti badai seroja,” ujarnya.
Gebrakan ini juga diharapkan tidak hanya meningkatkan kesadaran masyarakat tetapi juga menciptakan model keberlanjutan yang bisa diterapkan di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Dengan komitmen bersama, LSM Barakat yakin dapat membuat perbedaan nyata dalam upaya global mengatasi krisis iklim.
“Ini momen penting untuk bersatu dan bertindak demi masa depan planet kita. Perubahan dimulai dari komunitas lokal, dan kami percaya tim lokal champion akan menjadi penggerak utama dalam upaya ini,” tandasnya.(Redaksi/)