LEMBATA – Alumni SMEA Kawula Karya tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan juga di berbagai belahan Dunia. Jumlahnya mencapai 6.000 lebih.
Hal ini disampaikan Ketu Yayasan Kawula Karya, Martin Payong Pukan dalam perayaan Emas dan Reuni Akbar Kawula Karya pada 7 Juli 2023.
Menurut dia, ribuan alumnus Kawula Karya itu, kini tersebar di berbagai wilayah Indonesia bahkan ada yang meniti karier di luar negeri.
Sejak pertama didirikan pada tahun 1971, Yayasan Kawula Karya hanya punya satu jurusan pendidikan yakni Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Kemasyarakatan.
Alasan mendirikan SPG Kemasyarakatan ini, sebut Martin, beranjak dari keprihatinan mereka terhadap anak Lembata yang tidak bisa melanjutkan pendidikan setingkat SMA di SPG Podor Larantuka.
“Gedung sekolah SPG Podor tidak cukup kapasitas untuk tampung siswa,” ujar Martin.
Atas dasar itu, lima orang guru sekolah dasar (SD) asal Lembata yakni Alex Murin, Servas Lengari, YB Liliweri, Ignasius Begaju dan Yos Keluli Purab kemudian berinisiatif membuka satu sekolah pendidikan guru (SPG) Kemasyarakatan. Alhasil, anak-anak Lembata bisa melanjutkan pendidikan setelah tamat SMP, apalagi mereka yang ingin menjadi guru.
Pada tahun pertama, SPG Kemasyarakatan membuka sekolah di Larantuka. Kemudian pindah ke Lewoleba, Pulau Lembata pada tahun berikutnya. Sekolah ini awalnya masih beroperasi dengan meminjam gedung sekolah SD Nusa Tadon dan SMPK Santo Pius sebelum akhirnya mendapat 6 hektare tanah di Bluwa.
Pada tahun 1973, kelima orang pendiri SPG Kemasyarakatan ini membuka Yayasan Kawula Karya sekaligus membuka satu Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), cikal bakal dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang masih bertahan sampai sekarang.
“Waktu itu kalau mau sekolah guru, kita harus keluar dari Lembata dan pergi ke SPG Podor Larantuka. Tapi pada tahun 1971 SPG Podor tidak bisa tampung lagi, maka orang tua-orang tua kita buka SPG,” ungkap Martin.
Pada tahun-tahun berikutnya, Yayasan Kawula Karya membuka setidaknya empat sekolah di bawah naungannya yakni SPG Kemasyarakatan, SMA Kawula Karya dan Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Kawula Karya, dan SMEA Kawula Karya. Dari empat sekolah ini, Yayasan Kawula Karya setidaknya sudah menghasilkan enam ribu lebih alumni yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri.
Di Lembata, jebolan Kawula Karya tersebar di hampir seluruh bidang pekerjaan dan profesi. Kini, tersisa SMK Kawula Karya (sebelumnya SMEA). Sedangkan, tiga sekolah lainnya sudah tidak ada lagi.
Sekarang sudah banyak pilihan sekolah di Lembata, siswa yang berminat untuk bersekolah di SMK Kawula makin berkurang. Dia mencatat setidaknya tiga kali SMK Kawula Karya mengalami penurunan peserta didik. Siswa terbanyak pernah mencapai hampir 600 orang, tapi terendah pernah hanya 50 peserta didik.
Banyak pihak pun sempat meminta Martin untuk mengalihkan SMK Kawula Karya dari sekolah swasta menjadi sekolah negeri. Tapi dia menolak. Alasannya, Martin ingin mempertahankan Yayasan Kawula Karya sebagai satu-satunya yayasan yang didirikan awam Katolik dan bukan oleh tarekat (biara Katolik) Katolik. Kendati demikian, Martin mengakui dukungan pemerintah untuk SMK Kawula Karya sangat luar biasa sehingga sekolah itu masih bertahan hingga kini.
Di usia yang tidak lagi muda, Martin Pukan tetap bersemangat mengurus Yayasan Kawula Karya. Dia pun berharap, melalui momentum Emas dan Reuni Akbar ini, semua alumni bisa memberikan dukungan dan kerja sama demi mempertahankan eksistensi Kawula Karya.(Red)