Wabup Nasir Akan Tinjau SDN Waipei, Sebut Proyek Dikerjakan Pandi Buyanaya

PROYEK pembangunan gedung SDN Waipei di Kecamatan Atadei kini menjadi sorotan tajam publik. Dinding bangunan yang baru saja dikerjakan dalam proyek rehabilitasi ruang kelas itu ambruk sebelum sempat digunakan siswa. Pemandangan di lapangan memprihatinkan, tumpukan bata berserakan, tiang coran tampak rapuh, dan campuran semen terlihat seperti adonan pasir tanpa daya rekat.

Video amatir warga yang beredar luas di media sosial memperlihatkan betapa ringkihnya konstruksi proyek bernilai ratusan juta rupiah itu. Diduga, material pembangunan digunakan secara serampangan — dengan campuran semen yang terlalu sedikit dan hampir tanpa kerikil. Coran bangunan tampak rapuh, mudah hancur hanya dengan sedikit tekanan.

Ambruknya dinding sekolah itu sontak mengundang reaksi keras dari masyarakat dan pemerintah daerah.

Wakil Bupati Lembata, Muhammad Nasir, langsung turun tangan. Ia berencana terjun ke lapangan untuk melihat langsung kondisi bangunan yang ambruk tersebut. Wabup Nasir juga tidak menutup-nutupi fakta. Kepada katawarga.id, dengan tegas ia menyebut bahwa proyek tersebut dikerjakan oleh Pandi Buyanaya.

“Iya, proyek ini dikerjakan Pandi Buyanaya,” ungkap Nasir ketika diwawancara, Jumat 3 Oktober 2025.

Sikap blak-blakan Wabup Nasir yang berencana turun langsung ke lapangan dan secara terbuka menyebut nama pihak kontraktor itu memperlihatkan bahwa pemerintah daerah serius ingin mengatasi pelaksanaan proyek yang asal-asalan dan tidak sesuai standar teknis.

Sementara itu, sumber-sumber di lapangan juga menyebut bahwa selama proses pembangunan, warga sempat menaruh curiga terhadap mutu material yang digunakan. Campuran semen tampak sangat sedikit, bahkan tanpa kerikil sebagai pengikat utama coran.

Kini publik menanti langkah tegas dari aparat penegak hukum. Sebab, proyek yang bersumber dari APBD Tahun Anggaran 2025 ini berpotensi merugikan keuangan negara akibat pengerjaan yang jauh dari standar konstruksi.

Proyek yang seharusnya menjadi kebanggaan masyarakat Waipei justru berubah menjadi aib pembangunan Lembata — memperlihatkan wajah asli praktik asal jadi, asal cair, dan asal setor dalam pelaksanaan proyek publik.

Ambruknya dinding SDN Waipei bukan sekadar kegagalan teknis. Ini adalah simbol retaknya integritas dalam pengelolaan proyek daerah. Dan kini, masyarakat menunggu: apakah Pemda dan aparat hukum benar-benar akan bertindak, atau kasus ini akan ikut terkubur di balik reruntuhan tembok SDN Waipei.(*)