SEBUAH perusahaan asal Osaka, Jepang, dikabarkan akan menanamkan investasi modal untuk membangun perusahaan budidaya mutiara di Teluk Lewoleba, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Kabar ini pertama kali muncul dari salah satu pejabat tinggi di lingkup Pemerintah Provinsi NTT, yang menyebut bahwa pembicaraan awal dengan pihak investor sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu.
Namun yang mengejutkan, Pemerintah Kabupaten Lembata justru mengaku belum mengetahui adanya rencana investasi ini.
Sejumlah pejabat di lingkup Pemda Lembata menyatakan bahwa mereka belum menerima pemberitahuan resmi maupun informal terkait rencana penanaman modal tersebut.
“Kami belum mendapatkan informasi apapun, baik melalui surat maupun koordinasi dari Pemerintah Provinsi,” ungkap salah satu pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan Lembata, Jumat 1 Agustus 2025.
Ketidaktahuan ini pun memunculkan pertanyaan besar, mengapa daerah yang akan menjadi lokasi investasi justru tidak dilibatkan sejak awal?
Sementara itu, sumber dari Pemprov NTT menyebut bahwa pihak perusahaan Jepang telah melakukan penjajakan di sejumlah titik perairan Teluk Lewoleba dan menunjukkan ketertarikan pada kondisi perairan yang jernih, tenang, dan cocok untuk budidaya Pinctada maxima—kerang penghasil mutiara berkualitas tinggi.
Rencana ini, jika benar direalisasikan, berpotensi membawa dampak besar bagi wilayah pesisir Lembata, baik dari segi ekonomi, lingkungan, maupun sosial.
Namun ketidakteterlibatan Pemda Lembata sejak tahap awal memunculkan kekhawatiran akan terulangnya pola lama, investasi datang dari luar, tetapi masyarakat lokal hanya jadi penonton.
Sejumlah tokoh masyarakat dan aktivis lingkungan menghendaki ada keterbukaan informasi dan pelibatan warga pesisir. Hal ini sangat penting agar investasi tidak merugikan masyarakat adat dan ekosistem laut yang selama ini menjadi sumber kehidupan.
“Kita tidak anti investasi, tapi jangan sampai laut kami digadaikan tanpa sepengetahuan kami,” tegas Kaidir, warga Rayuan.