PT. Cendana Indopearls Tegaskan Legalitas Lahan Kantor di Riabao, Sesalkan Pemalangan oleh Ahli Waris Husen Payong

PT. CENDANA Indopearls (PT. CIP), salah satu perusahaan yang secara aktif berinvestasi dan mendukung perekonomian daerah di Kabupaten Lembata sudah hampir 15 tahun, menyayangkan aksi pemalangan kantor cabang mereka di Desa Riabao, Kecamatan Nagawutung oleh pihak yang mengaku sebagai ahli waris almarhum Husen Payong pada Minggu 11 Mei 2025.

Site Manager PT Cendana Indopearls, Haris Foeh mengatakan bahwa, lokasi kantor tersebut resmi beroperasi sejak tahun 2021 secara sah, berdasarkan perjanjian sewa-menyewa dengan Viktor Boli Keraf, yang memiliki sertifikat resmi dan terdaftar di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Lembata. Bahkan untuk memperkuat legalitas, perjanjian sewa tersebut juga dituangkan dalam akta notaris yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

Pada Tanggal 11 Mei 2025, ahli waris Husen Payong bersama kuasa hukumnya tiba-tiba melakukan penyegelan kantor yang berlokasi di Desa Riabao.

Berselang beberapa hari, ahli waris Husen Payong melalui kuasa hukumnya Muhidin Demon Sabon SH, menuntut kompensasi sebesar Rp2 miliar, dengan alasan adanya penebangan sejumlah pohon yang diklaim sebagai milik keluarga mereka.

Tuntutan tersebut, menurut Haris, tidak berdasar karena hubungan hukum lahan tidak pernah dilakukan dengan pihak tersebut.

“Jadi bila ada persoalan, sebaiknya diselesaikan dengan Pak Viktor, bukan dengan menghambat operasional kami,” tegas Haris kepada katawarga.id, Senin 19 Mei 2025. 

Saat ini, PT. CIP memiliki lebih dari 400 karyawan secara keseluruhan, dan khusus di kantor cabang Riabao, terdapat sekitar 140 lebih karyawan yang menggantungkan hidup dari aktivitas operasional kantor tersebut.

Aksi pemalangan yang dilakukan itu, kata Haris, tentu sangat merugikan, tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi ratusan karyawan dan keluarga mereka.

Tak hanya itu, PT. Cendana Indopearls juga mengaku prihatin dengan tindakan yang dilakukan oleh ahli waris Husen Payong bersama kuasa hukumnya tersebut.

“Ini bukan hanya masalah hukum, tapi juga menyangkut kesejahteraan masyarakat,” pungkas Haris.

Pihak perusahaan tetap berkomitmen untuk melanjutkan kontribusi positifnya terhadap pembangunan daerah serta membuka ruang dialog yang konstruktif demi menjaga stabilitas dan keadilan hukum di Kabupaten Lembata.

Sebagai perusahaan yang berkomitmen pada tata kelola yang baik dan patuh terhadap hukum, PT. Cendana Indopearls mengajak semua pihak untuk menjaga kondusifitas wilayah dan menyelesaikan persoalan melalui prosedur resmi, bukan dengan tindakan yang merugikan aktivitas usaha dan masyarakat sekitar.

Perusahaan ini berkomitmen untuk terus berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi di Lembata, dengan tetap menghormati prinsip keadilan, keterbukaan, dan tanggung jawab sosial.

Untuk diketahui, PT. Cendana Indopearls (PT. CIP) adalah Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang telah didirikan di Indonesia sejak tahun 1994. PT CIP merupakan perusahaan milik Atlas Pearl Ltd di Australia.

PT. CIP ini bergerak dalam bidang Penangkaran Kerang Mutiara dan Budidaya Mutiara, suatu kegiatan yang ramah lingkungan atau “Environmentally Sustainable/Friendly Development” dan tidak mengambil hasil kekayaan alam melainkan menghasilkan sendiri bibit anakan Kerang dengan cara memisahkan induknya di laboratorium (hatchery) yang kemudian dipelihara di laut untuk dapat menghasilkan mutiara.

Pada awal berdiri tahun 1994, PT. CIP membangun suatu proyek budidaya mutiara di Selat Semau, daerah Kupang Nusa Tenggara Timur dan terus berkembang sampai dengan sekarang. Cabang PT CIP ini tersebar di wilayah Indonesia yaitu Penyabangan-Bali, Pulau Pungu-NTT, Alor-NTT, Lembata-NTT, Sumba Timur-NTT, Alyui-Raja Ampat, Banyubiru-Jawa Timur.(*)