LEMBATA – Penjabat Bupati Lembata Marsianus Jawa merasa kesal karena partisipasi orangtua untuk mengentaskan stunting sangat rendah.
Orangtua, khususnya bapak-bapak, sangat jarang mendampingi atau mengantar anak-anak balita mereka mengikuti program-program stunting pemerintah.
Mirisnya, ada juga orangtua yang bekerja sebagai pegawai di pemerintahan yang juga tidak pernah berpartisipasi dalam pengentasan stunting yang dijalankan pemerintah daerah.
“Mereka juga malas antar anak ke tempat tempat penimbangan dan kegiatan kegiatan seperti ini dan itu akan saya panggil semua,” ujar Marsianus dalam acara ‘Sahabat Baduta Stunting Bank NTT’ di Aula Kelurahan Lewoleba, Kecamatan Nubatukan, Selasa (14/2/2023).
Menurut dia, semua program pengentasan stunting berjalan baik khususnya di Kota Lewoleba. Akan tetapi, angka stunting masih cukup tinggi karena pola asuh yang salah dan rendahnya partisipasi orangtua terlibat dalam program program stunting.
Oleh sebab itu, dia minta dukungan kepala desa, lurah dan camat untuk bersama sama mengatasi persoalan tersebut.
“Saya akan pastikan pak camat dan lurah untuk hadirkan warga itu (orangtua) yang anaknya menderita stunting,” kata Marsianus.
“Pantauan saya beberapa kali tidak pernah bapak-bapak ikut dalam kegiatan ini. Itu buruk sebenarnya. Tanggung jawab anak itu bukan hanya mama-mama tapi bapak juga,” ujarnya kesal.
Dia heran kenapa hanya ibu ibu saja yang antar anaknya ke Posyandu. Justru bapak-bapak harus ikut mendukung atasi stunting di Lembata ini.
“Ibu- ibu harus bersuara. Masak yang antar anak hanya ibu- ibu,” timpalnya.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata per Januari 2023, sebanyak 1210 balita menderita stunting. Hingga Januari, secara keseluruhan tingkat partisipasi orangtua mencapai 87.39 persen. Dari total sasaran 9.327, bayi yang diukur sebanyak 8.151.(Red)