LEMBATA – Demplot riset bahan baku Biodiesel dari tanaman Malapari akan dibuka di setiap kecamatan di kabupaten Lembata.
Kehadiran demplot itu bertujuan meneliti tanaman Malapari untuk mengetahui kualitas terbaik dari bahan baku penghasil Biodiesel tersebut.
“Rencananya setiap kecamatan ada demplot untuk Riset ini,” ujar Alex Tifaona saat rapat pemaparan program Riset Malapari di kantor bupati Lembata, Senin 2 Oktober 2023.
Alex menuturkan, di sepanjang garis pantai pulau Lembata ditumbuhi banyak vegetasi Malapari. Dia berencana untuk mengembangkan tanaman Malapari di kawasan hutan Lembata.
Tekad ini juga sudah ia sampaikan ke Kepala KPH Lembata Linus Lawe.
Riset ini, sebut Alex, untuk mengetahui kualitas terbaik dari kandungan minyak biji Malapari. Apabila ditemukan punya kandungan minyak berkualitas tinggi maka akan mendapat hak paten.
Selain itu, Malapari juga akan beri kontribusi dari sisi ekonomi bagi masyarakat yang punya tanaman tersebut.
Masyarakat diberi kesempatan untuk menanam Malapari di lahan tanpa harus menebang pohon. “Butuh waktu sekitar 2 tahun lebih berbuah, nanti kita kaji, dan yang butuh bibit segera hubungi kami,” terang Alex Tifaona.
Pemerintah Lembata juga menyambut baik Riset Ilmiah Pongamia Pinnata atau tanaman Malapari yang dilakukan PT Batara dan Yayasan Anton Enga Tifaona bekerjasama dengan Daemeter dan Brin ini.
Pemerintah Lembata mendukung program Riset tersebut, karena punya banyak manfaat terhadap keberlangsungan ilmu pengetahuan, ekologi dan ekonomi. “Program ini penting, dan baik untuk masa depan,” ujar Sekda Lembata Paskalis Ola Tapobali.
Supaya program Riset ini bisa berjalan, Paskalis berharap, PT Batara dan Yayasan Anton Enga Tifaona serta Daemeter dan Brin menyerahkan dokumen lembaga dan program Riset yang akan dilakukan di kabupaten Lembata.
Kerjasama terhadap program Riset dari tanaman non pangan penghasil minyak yang berpotensi sebagai bahan baku biodiesel itu diharapkan bisa berjalan mulus.
Sebagai informasi, berdasarkan data yang dikutip dari Wikipedia, Rumphius mencatat bahwa pepagan Malaparius dapat digunakan untuk mengobati akibat sengatan ikan sembilang atau sejenisnya.
Menurutnya pula, rebusan kulit pohon ini bersama kacang (hijau), bawang putih, mesoyi dan cengkeh, dipakai orang-orang Seram Timur dan Banda untuk menyembuhkan sakit beri-beri. Kulit kayu berbau tak enak ini di Grajagan, Banyuwangi, dipakai untuk mengatasi kudis.
Bijinya beracun dan dipakai untuk meracun ikan. Minyak bijinya dipakai untuk mengobati penyakit kulit, sebagai minyak lampu, bahan pembuatan sabun, dan kini juga sebagai bahan biodiesel.
Malapari juga acap ditanam sebagai peneduh tepi jalan atau kanal irigasi, penghias taman, penghalang angin, dan penyubur tanah.
Kayunya yang berserat bagus dipakai dalam pembuatan kabinet, alat-alat pertanian, gagang peralatan, tonggak dan lain-lain. Dengan nilai kalori sebesar 4600 kkal per kg, ranting-ranting dan kayu pohon ini baik untuk dijadikan kayu bakar.(Red)