PANGGUNG pemerintahan Desa Bungamuda, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, kembali dipenuhi aroma busuk. Kepala Desa Bungamuda tanpa malu-malu melempar wacana agar mobil tangki air milik BUMDes disewakan ke pihak ketiga, berdalih desa tak lagi mampu mengurus aset tersebut.
Bagi warga, ini bukan sekadar gagasan, melainkan sandiwara murahan untuk menutupi borok lama yakni dugaan korupsi berjamaah yang membuat uang hasil operasional mobil tangki raib tanpa jejak. Kas desa yang seharusnya terisi dari pemasukan distribusi air bersih kini kering kerontang—persis seperti tangki solar mobil itu.
“Jangan bodohi kami. Mobil itu mati bukan karena takdir, tapi karena uangnya sudah disikat habis,” tegas seorang warga Bungamuda.
Pemandangan di lapangan memalukan, mobil yang dulu jadi nyawa warga kini teronggok lesu di Namang. Ban kempes, oli mesin kering, tangki solar kosong. Berbulan-bulan tak bergerak, tanpa perawatan, tanpa pelayanan—menjadi monumen bisu kebobrokan pengelolaan desa.
Alih-alih bertanggung jawab, sang kades justru mempertontonkan kelemahannya di depan publik, mengaku “tak sanggup” mengurus aset desa.
“Ini bukan hanya memalukan, tapi memuakkan. Desa tetangga pun ikut menertawakan,” sindir warga lainnya.
BPD, yang mestinya menjadi pengawas, justru dinilai hanya berperan sebagai penonton bisu tanpa taring. Sementara warga, yang kini menderita akibat matinya layanan air bersih, harus rela mencari sumber air dari mobil tangki lain dengan harus menunggu berhari hari.
“Desa ini dipimpin seperti kerajaan pribadi. Atur sesuka hati, uang desa dikelola tanpa transparansi, rakyat hanya dijadikan penonton,” geram seorang tokoh masyarakat.