PILKADA Gubernur NTT kali ini dipandang menarik dan menyita atensi publik karena selain kontestasi akan berlangsung tanpa petahana, tetapi juga karena nama-nama yang muncul adalah para penghuni senayan yang siap meninggalkan kursi kedaulatan rakyatnya demi kekuasaan eksekutif di NTT.
Namun, lebih dari itu, ternyata ada calon potensial lain dengan segudang pengalaman di dunia praktisi maupun akademik. Salah satu kandidat yang namanya mencuat kuat hari-hari ini ada Dr. Fransiskus Xaverius Lara Aba atau akrab disapa Frans Aba.
Berdasarkan informasi yang diterima telah terkonfirmasi bahwa Refafi Gah siap menjadi calon Wakil Gubernur mendampingi Frans Aba sebagai Calon Gubernur dalam kontestasi Pilkada NTT dan telah sepakat untuk bergotong royong membangun NTT.
Di tengah kesibukan, untuk memantapkan kesepakatan, kedua tokoh ini akan melakukan perjumpaan lanjutan di Bali pada Minggu 18 Agustus dan dilanjutkan di hari berikutnya di Jakarta. Lebih dari itu, keduanya terus menjalin komunikasi positif dengan partai lain, seperti PDI-P, PERINDO, dan partai-partai non seat.
“Ya. Komunikasi saya dengan pak Refafi Gah memang telah intens sejak lama. Kami sering bertukar ide dan berbarter gagasan, terutama terkait politik ekonomi Pembangunan NTT. Saya pun telah berkomunikasi ke ketua Partai, Pak Oesman Sapta. Kami sepakat bahwa NTT perlu mengalami Era Baru pembangunan yang tidak ditunggangi kepentingan pihak manapun. Jadi, kalau hari ini kami bersepakat untuk berduet atau berkoalisi di Pilkada, saya sebagai Gubernur dan beliau sebagai Wakil, itu adalah keputusan yang masuk akal dan saya siap untuk itu. Ini sebagai buah dari niat baik bersama. Bukan untuk kami, tentu saja, tapi untuk NTT,” ungkap Frans Aba ketika dikonfirmasi.
Diketahui bahwa Refafi merupakan Ketua Hanura NTT dan DPRD Provinsi terpilih di pileg kemarin. Keterpilihan Refafi dan posisinya sebagai ketua Hanura yang menahkodai infrastruktur Hanura dinilai menjadi surplus elektabilitas bagi Frans Aba yang berdasarkan Survei terbaru masuk dalam 5 besar top of mind, sebuah posisi yang relatif meyakinkan bagi pendatang baru seperti Frans Aba yang tumbuh secara organik tanpa mesin partai.
Adapun kedua pasangan ini pun bisa jadi variabel jalan tengah dari simpang siur pencalonan paket-paket lainnya. Hal ini mendapat validasinya dari tiga poin penting dalam hasil survei terhadap 1064 responden yang dilakukan Svadhyaya Riset:
Pertama, alasan paling besar responden memilih nama-nama politisi terdahulu yang unggul hari ini adalah karena tanpa alasan (22,8%); kedua, terkait kemantapan responden perihal pilihannya, paling banyak (56,45%) menyatakan masih mungkin berubah; ketiga, nama Frans Aba selalu masuk dalam nominasi 5 besar top of mind (10,15% – 36,81%).
Dengan demikian, ketiga alasan tersebut menjadi sinyal kuat bahwa elektabilitas pasangan lain sebelumnya selalu dalam posisi rentan, karenanya bisa berbalik kapan saja kepada nama-nama lain yang juga potensial dan atau lebih segar dalam menawarkan gagasan, termasuk di dalamnya berbalik mendukung paket Frans Aba-Refafi Gah.(Tim-Redaksi/)