LEMBATA – Tim Satuan Tugas (Satgas) yang terdiri dari Dinas Koperindag, Satpol PP dan Polres Lembata menemukan tumpukan beras berkualitas rendah, kotor, bau dan rusak yang masih dijual kepada masyarakat di Pasar Pada, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Rabu (22/2/2023).
Sekitar 40 karung beras kotor berukuran 50 kilogram itu ditemukan masih dijual bebas di salah satu kios di pasar Pada. Beras tersebut berasal dari Sulawesi. Tim juga menemukan masih ada pedagang beras yang bermain curang menjual beras kotor kepada masyarakat.
Kepala Dinas Koperindag Longginus Lega tampak kesal. Dia menegur langsung pedagang tersebut untuk tidak menjual beras kotor yang ditemukan itu kepada masyarakat. Jika masih ada beras kotor yang dijual ke konsumen, pemerintah daerah memastikan akan menutup tempat tersebut.
Beras bersih dan kotor dijual di dalam karung yang sama. Ketika ada konsumen yang membeli, misalnya 5 karung beras, maka pedagang bisa saja bermain curang dengan memberikan 2 karung beras bersih, dan 3 karung beras kotor.
“Tidak ada masalah, karena karungnya sama, isinya berbeda. Jadi ini cara orang dagang dengan bermain curang,” kata Longginus di hadapan pedagang tersebut. Ini kita turun dengan persuasif, kalau berikutnya masih ada beras kotor seperti ini, maka kios ini kita bekukan,” tegasnya.
Harga beras di pasaran juga naik. Dia merincikan, beras 50 kilogram biasanya dijual dengan harga Rp 500 ribu-550 ribu. Tapi sekarang sudah mencapai Rp 660 ribu-750 ribu. Salah satu alasan kenaikan harga beras ialah pasokan beras dari Sulawesi yang berkurang.
Lebih dari itu, menurutnya, pada awal tahun pemerintah pusat telah mengumumkan adanya potensi rawan pangan di Indonesia tahun ini. Wacana ini menurutnya bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk menimbun beras dan menjualnya dengan harga tinggi.
Di Pasar Pada, tim Satgas melakukan inspeksi mendadak (sidak) di 7 kios yang menjual beras. Di sana, tim menemukan beras dengan kualitas rendah, kotor dan berbau masih juga dijual kepada konsumen.
“Harga jangan mempermainkan kalau tidak kita bekukan. Warga lagi berteriak jadi bukan hanya sekali kami sidak. Di sana saya sudah larang beras kotor, bau. Saya sudah larang jangan jual. Beras tidak bagus, bau. Pakai chasing sama, isi berbeda. Ini bisnis sudah tidak bagus,” kata Longginus.
Seorang pedagang mengakui beras kotor diterima di kapal-kapal yang mengangkut beras dari Sulawesi ke Lembata. Longginus berpesan supaya pedagang jangan lagi membeli beras dengan kualitas rendah di kapal-kapal tersebut.
“Akhirnya di sini jadi tempat untuk mereka bawa barang busuk ke Lembata,” timpalnya kesal.
Tim pun melakukan sidak di Pelabuhan Lewoleba, tempat kapal-kapal dari Sulawesi biasa menjual beras.(Red)