LEMBATA – Dua belas tahun yang lalu, karena kecintaan pada musik hip hop, selusin anak muda di pulau Lembata berkumpul dan membentuk kelompok musik yang dinamakan Hip Hop Lembata Foundation atau dikenal dengan HLF.
Mereka bernyanyi, merekam lagu dan menghibur penonton dari atas panggung. HLF mengusung musik hip hop yang bertenaga dan modern, tapi kemana saja HLF pergi, mereka selalu membawa spirit ‘Lembata’ dalam setiap lirik lagunya.
Misalnya, lagu Ukur Gutun, salah satu tembang hip hop yang mendongkrak nama Irsan dkk, berisi kritik sosial dan memotret dengan cermat kehidupan jalanan di kota Lewoleba, kota kelahiran sebagian besar anak-anak HLF.
Lagu yang dirilis empat tahun lalu itu ramai diputar di tenda-tenda pesta di NTT hingga ke pelosok negeri. Pada tanggal 11 Desember 2022, bertepatan dengan hari ulang tahun ke-12 HLF, lagu Ukur Gutun sudah diputar sebanyak 6,6 juta kali di Youtube.
Acara hari jadi kelompok musik hip hop terbesar di Lembata itu dirayakan selama tiga hari, 9-11 Desember 2022 di pelataran Gedung Perpustakaan Daerah Lembata.
Perayaan dies natalis itu diisi dengan beragam acara pentas musik akustik, hip-hop, monolog, aklamasi puisi dan dialog kebudayaan.
Manajer HLF, Jedo Woyo, merefleksikan perjalanan berkarier HLF di skena musik hip-hop NTT sebagai sebuah upaya mendefinisikan ‘Lembata’ dalam karya-karya lagu mereka.
Menurut Jedo, meski mengusung musik modern, karya-karya HLF tetap berakar pada ciri lokalitas Lembata sebagai tanah kelahiran mereka; tentang gunung, tuak, arak, jagung titi dan pantai. Bahkan, hampir semua lagu mereka berisi kritik sosial dan budaya serta intrik muda mudi dalam dunia percintaan yang dibalut dengan dialek khas melayu Lewoleba.
Mendefinisikan Lembata, kata Jedo, adalah upaya tak kenal lelah, upaya yang tidak mungkin sia-sia. Tak hanya menyuarakan keresahan hati, inilah cara HLF mengenalkan pulau Lomblen pada Indonesia, pada dunia.
Benar kata Jedo, upaya itu tidak pernah sia-sia. Pada Maret 2022 silam, seorang rapper asal negara Finlandia, Mister Tuukka, datang ke Lembata dan mengajak HLF berkolaborasi. Hasilnya sebuah lagu berjudul ‘Mari Su’ berhasil dirilis dan bisa dinikmati di kanal youtube Hip Hop Lembata Foundation.
Di usianya yang tidak muda lagi untuk sebuah kelompok musik, Jedo berharap HLF tetap eksis, tetap berkarya, dan para personilnya tetap kompak di tengah kesibukan berburu rupiah masing-masing personil.
Bukan Nabi di Tanah Sendiri
Penasihat HLF, Freddy Wahon, berujar HLF banyak diundang manggung di banyak acara di luar Lembata, seperti di Adonara dan Larantuka, Flores Timur.
Di dua tempat ini, kehadiran HLF di atas panggung selalu dinantikan penonton. Membawakan lagu-lagu asli mereka, HLF selalu mengguncang panggung konser, mengajak penonton bergoyang ria dan penampilan mereka selalu dirindukan.
Akan tetapi, atmosfer yang berbeda dialami jika manggung di rumah sendiri. Sambutan tak begitu hangat, bahkan hanya sekadar tepukan tangan sebagai apresiasi. HLF memang bukan nabi di tanah sendiri.
“Tepuk tangan saja susah,” kata Freddy Wahon saat memandu bincang budaya pada 10 Desember 2022 di pelataran Perpustakaan Daerah Lembata.
Penggiat budaya Lembata, Abdul Gafur Sarabiti, menilai, apa yang dialami HLF sebenarnya merupakan fenomena lemahnya apresiasi masyarakat terhadap karya seni termasuk seni musik. Masyarakat masih cenderung apatis menikmati karya karya seni. Ini juga dialami komunitas komunitas seni lainnya. Tak hanya HLF.
Meski demikian, Gafur berharap fenomena ini tak menyurutkan semangat yang sudah dibangun oleh HLF selama ini di jalur musik hip hop.(*)
Sumber : Pos Kupang