SEBANYAK 23 orang Perempuan usia remaja di Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata mengikuti pelatihan mewarnai benang menggunakan bahan pewarna alami atau pewarna nabati.
Pelatihan ini diselenggarakan oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Kebudayaan Kabupaten Lembata sejak Selasa 14-16 November 2023 di Mario Kafe, bilangan Lamahora, Kota Lewoleba.
Adriana Kamalera, salah satu peserta pelatihan mengaku bahwa, riset mewarnai benang dan kain menggunakan pewarna nabati itu, tidak sulit.
Bahan baku pewarna nabati juga menurut dia, banyak tersedia di alam, dan untuk mendapatkan tidak mengeluarkan biaya alias gratis.
Bahkan, Adrian berujar, penggunaan pewarna nabati pada benang atau kain tidak membutuhkan keterampilan atau skill, yang dibutuhkan hanya tabel warna untuk menentukan warna apa yang ingin dihasilkan.
Ada sejumlah pewarna alami yang dipakai selama pelatihan, diantaranya, daun jati, akar bakau, batang pohon reo, dan pasta indigo.
Sementara bahan fiksasi untuk merubah warna sesuai dengan keinginan adalah, kapur siri, tawas dan tunjung (tanaman).
Selama pelatihan, para peserta diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mewarnai benang sesuai dengan warna yang mereka inginkan.
Mereka juga mendapat modul tentang cara mewarnai benang menggunakan pewarna alami. Alhasil, belasan warna dari pewarna nabati pada benang berhasil mereka ciptakan.
“Kita akan coba di rumah, ini kan tidak susah, tidak butuh keahlian juga,” ujar Adriana.
Sementara itu, Kadis Disporabud Kabupaten Lembata melalui Kabid Kepemudaan Alexius Datoq mengatakan, pelatihan ini bertujuan untuk memberi edukasi terkait tanaman apa saja yang bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada benang atau kain.
Alex menjelaskan, hampir sebagian besar kain tradisional menggunakan pewarna buatan. Dan sangat sedikit ditemukan menggunakan pewarna alami.
Di pasaran internasional juga, penggunaan pewarnaan alami kalah saing dengan pewarna buatan. Karena itu, menurut dia, harus ada yang bisa memproduksi pewarna buatan supaya tidak selalu bergantung pada pewarna sintetis.
Dia juga menuturkan, pewarna buatan selalu menghasilkan warna-warna yang teduh, dan tidak mentereng seperti pewarna buatan.
Ada perbedaan yang mencolok dari pewarna buatan dan pewarna alami ini. Keduanya, memiliki corak warna yang bisa dibedakan secara kasat mata.
Pewarna alami lebih ramah lingkungan dan yang paling penting, warna yang dihasilkan pewarna alami lebih bagus dan unik.
Pewarna alami juga di dapat dari hampir semua bagian dari tanaman seperti, batang, daun, bunga, biji, kulit biji atau akar.
Pihaknya bertekad untuk meningkatkan pelatihan ini lebih serius dan lebih intens lagi. Pelatihan ini juga merupakan ajang transfer pengetahuan untuk melestarikan pewarna alami pada benang atau kain.
Dirinya juga mendorong agar praktek-praktek ini terus dilakukan oleh masing-masing peserta dengan tidak bergantung pada pewarna buatan.
“Kita coba dorong dan mereka punya pengetahuan dasar soal pewarna nabati,” terang Alex.
Sebagai informasi, pewarna alami atau pewarna nabati adalah pewarna yang bersumber dari sari pati buah dan sayur.(Red)