LEMBATA – Warga Desa Tobotani di Kecamatan Buyasuri sudah lama tak menikmati air bersih. Sejak desa itu berdiri, warga di sana masih kesulitan mengakses air bersih sampai hari ini.
Pemerintah Desa Tobotani dari waktu ke waktu berupaya mengalokasikan anggaran untuk menyediakan air bersih bagi warga.
Kepala Desa Tobotani Abdullah Manggis mengatakan karena kesulitan air bersih, warga desanya bisa berkelahi karena tak kebagian air bersih.
Dia mengisahkan, sebuah lembaga non profit pernah datang ke Desa Tobotani dan membagi air bersih secara gratis kepada masyarakat. Saat itu, ada warga yang berkelahi karena rebutan air bersih atau merasa tidak kebagian air bersih.
Menurut Abdullah, fenomena ini menandakan betapa warga sangat membutuhkan air bersih yang layak sebagaimana yang dinikmati warga lainnya di negeri ini.
“Di sini airnya payau sekali dan hanya bisa dipakai untuk mandi dan cuci saja,” tutur Abdullah, saat ditemui di kediamannya di desa Tobotani, Rabu (18/1/2023).
Wilayah Desa Tobotani merupakan salah satu daerah paling terpencil di ujung timur Lembata. Belum ada akses jalan beraspal untuk sampai ke sana. Tapi menurut Abdullah, perlahan ruas jalan yang lebih baik mulai dibangun meski belum sampai ke dalam desa.
“Ada satu sumur bor dari Pemprov NTT tapi airnya tidak layak dikonsumsi. Juga sudah tidak beroperasi lagi,” ujarnya.
Menurut Abdullah, selama ini air bersih diperoleh dari mobil tangki dari desa Wairiang yang biasa menjual air bersih di Tobotani. Harganya pun cukup mahal. Rp 30 ribu untuk satu drum. Warga memang betul betul harus menghemat air bersih karena satu drum itu pun kadang tak sampai seminggu pemakaiannya.
Menurutnya, ada mata air bersih yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari desa, ada di balik bukit di wilayah dusun 3. Mata air ini jika bisa diakses, lanjutnya, maka bisa membuka akses air bersih bagi warga di desanya.
Sebagai kepala desa, dia juga sudah menganggarkan pengembangan untuk membuka akses air bersih di desa Tobotani.
Anggota DPRD Lembata, Hasan Baha, bertemu dengan Abdullah saat berkunjung ke Tobotani. Dia meminta kepala desa muda itu untuk datang ke Lewoleba. Di sana, keduanya ingin berdiskusi dan mencari solusi mengenai kebutuhan air bersih di Tobotani.
Hasan ingin membantu Abdullah mencari lembaga-lembaga non profit yang bisa menyediakan air bersih di Tobotani termasuk memaksimalkan sumber-sumber air di sana agar layak dikonsumsi.(Red)