LEMBATA – Warga Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata mengeluh karena proyek jalan PEN di simpang Trans Lembata ke arah dealer NSC menuju Bandara Wunopito dinilai tidak sesuai perencanaan.
Pasalnya, proyek senilai Rp700 juta yang dikerjakan oleh CV. Mustika Budy itu diduga tidak menggunakan batu pecah (krikil) sebagai lapisan dasar pekerjaan hotmix.
“Kelihatan tidak ada kerikil, urukan tanah justru lebih banyak,” kata Nando Ola, warga Kelurahan Lamahora, Kota Lewoleba kepada media, Kamis (15/12) sore.
Menurut dia, volume kerikil dan urukan tanah harus sama supaya ketika menghampar hotmix daya rekatnya menjadi kuat.
“Apakah sesuai RAB atau tidak,” ujarnya.
Mewakili masyarakat, Nando menaruh kecewa dengan ulah kontraktor yang bekerja tidak sesuai petunjuk kontrak.
Bahkan, dia meminta petugas dari Dinas PU Kabupaten Lembata untuk memeriksa fisik timbunan yang ada sebelum pekerjaan hotmix dilakukan.
“Cek baik-baik, kalau tidak sesuai bongkar saja, kami tidak mau cepat rusak gara-gara masalah material,” tegasnya.
Hal yang sama juga disampaikan salah satu warga Kota Lewoleba kepada media, Jumat (16/12) siang.
Menurut pantauan yang dia lakukan di lapangan, perusahaan itu tidak pernah mendroping batu pecah (krikil) ke lokasi dimana proyek tersebut dikerjakan.
“Itu bukan batu pecah, dia dapat beli batu pecah dari mana?,kasihan yang lain boleh kerja lembur bayar tenaga lembur kerja batu pecah giling tapi yang pekerjaan itu kenapa begitu,” beber pria yang tidak mau disebutkan namanya ini.
Berdasarkan informasi yang diterima media, CV.Mustika Budy adalah perusahaan pelaksanaan konstruksi berbentuk CV yang beralamat di Desa Lamahala Jaya, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur. Perusahaan ini pun merupakan badan usaha berpengalaman yang mengerjakan proyek nasional.