PETA PILKADA Gubernur NTT beberapa pekan terakhir menjadi buah bibir yang tak bisa dielak. Situasi makin menarik ketika DPP PDI-P mengumumkan nama calon kepala daerah yang diusung partai wong cilik tersebut.
Namun daftar tersebut tidak ada satu pun nama yang mewakili daerah pemilihan NTT. Artinya bakal calon Gubernur NTT yang akan diusung PDI-P belum diputuskan, sekalipun PDI-P adalah partai pemenang pemilu NTT 2024.
Meskipun nama Ansi Lema sempat mencuat, isu yang beredar adalah Ansi Lema tak kunjung memberi kepastian dalam upaya konsolidasi koalisi PDI-P dan Hanura. Ansi Lema disinyalir menggantung nasib calon Wakilnya yaitu Refafi Gah, yang di lain sisih mengabaikan variabel pemilih Sumba dalam diri Refafi Gah. Padahal pemilih Sumba-lah yang turut mengantar Ansi Lema ke Senayan. Asumsi lain adalah bisa saja Refafi Gah menolak mendampingi Ansi Lema di Pilkada NTT.
Di tengah situasi demikian, rupanya muncul angin segar baru, ketika dikabarkan bahwa Frans Aba akan berpasangan dengan Refafi Gah dan Refafi bersedia untuk itu. Apalagi Refafi Gah sendiri memang telah lama mengafirmasi potensi Frans Aba untuk menjadi Gubernur NTT.
“Saya melihat figur adik saya (Frans Aba-red) ini betul-betul layak memimpin NTT ke depan. Karena beliau mampu menganalisa seluruh persoalan masyarakat NTT,” tutur Refafi kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Seorang pemimpin sambung Refafi, harus mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan, serta mengangkat pendapatan ekonomi per kapita masyarakat.
“Pemimpin harus pula memiliki karakter yang membangun, punya visi yang melihat semua penderitaan masyarakat. Kemampuan inilah yang ada di adik saya (Frans Aba-red). Sebagai ekonom adik saya memiliki kemampuan dan saya mengakui itu,” ungkap Refafi Gah dalam salah satu kesempatan di kantor DPW Hanura.(Tim-Redaksi/)