LEMBATA – Pemilu sering kali dianggap sebagai musim panen oleh sebagian pemilih yang terjebak dalam tradisi mani politik. Tradisi money politik atau politik uang adalah virus jahat yang merusak tatanan demokrasi Indonesia.
Hal ini mendapat tanggapan dari Politisi Muda asal Lembata yang kesehariannya sebagai seorang Advokat Juprians Lamablawa.
Menurut Ketua Partai Kebangkitan Nusantara Kabupaten Lembata ini, pemilu hendaknya dimaknai sebagai musim tanam oleh pemilih, musim panennya nanti setelah pemilu, panen dalam bentuk kebijakan-kebijakan publik yang di perjuangan oleh petugas rakyat yang telah diberi mandat saat musim tanam saat pemilu itu.
Petugas Rakyat yang diberi mandat saat musim tanam, bertugas memperjuangkan program strategis untuk pemenuhan kebutuhan rakyat.
Rakyat harus memanen kebijakan strategis yang bersentuhan langsung dengan keseharian rakyat.
“Rakyat harus bisa akses kesehatan yang layak, dapat akses air bersih, akses pendidikan yang unggul, akses peningkatan ekonomi rakyat agar semakin hari ekonomi rakyat semakin membaik, dan Masi banyak lagi yang harus dipanen rakyat saat musim panen itu tiba, ungkap Jupri.
Menurutnya, mulai pemilu tahun 2024 mendatang, kita rubah cara pandang selama ini, kita harus mulai melihat pemilu sebagai musim tanam bersama, agar kita bisa memanen atau menuai hasil berupa kebijakan-kebijakan strategis setelah musim tanam itu.
Bagi Jupri, kalau konstituen telah meyakini pemilu adalah musim tanam dan tidak lagi menjadi musim panen, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) yakin kedepan yang diberi mandat dalam pemilu adalah para pemimpin yang mengedepankan politik gagasan bukan lagi mengandalkan materi semata atau sering kita sebut dengan politisi “sinterklas”.
Ia berujar, jika pemilu sudah menjadi musim tanam bersama, maka kualitas demokrasi kita semakin baik, kompetisi demokrasi kita akan menghasilkan pemimpin yang berkualitas unggul karna lahir dari sebuah proses demokrasi yang sehat dan berwibawa yang mengedepankan politik gagasan.(Red)