LEMBATA – Faktor cuaca dan medan yang ekstrim menyebabkan dua paket proyek jalan yang bersumber dari dana hibah bencana alam BNPB tahun 2022 di kabupaten Lembata terkendala. Hal ini berdampak pada rendahnya progres fisik.
Dua pekerjaan itu yakni, proyek jalan di simpang Waikomo-Belobatang-Wulandoni yang dikerjakan CV. Floresta dengan capaian fisik baru 10,75 persen dan ruas jalan Watugolok-Bakan-Paololo-Labala yang dikerjakan CV. Lima Satu Merdeka dengan capaian baru 3,5 persen.
Hal ini disampaikan Rahman, Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi (RR) pada Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata Selasa (21/3/2023).
Menurut dia, tingginya intensitas curah hujan dan medan yang buruk ditambah jarak pengambilan material yang sangat jauh dari lokasi proyek menyebabkan kemajuan penyelesaian fisik jalan menjadi lambat.
Meski progres fisik kedua proyek itu dinilai lambat dan baru mencapai 15 persen di triwulan pertama 2023, namun Rahman percaya pekerjaan akan rampung karena kontraktor diberikan waktu cukup panjang yakni 270 hari kalender kerja atau 9 bulan masa kontrak.
Saat ini kontraktor sedang mengerjakan talut pengaman badan jalan dan saluran drainase. Setelah pekerjaan minor ini rampung dilanjutkan dengan pemadatan agregat disusul pekerjaan hotmix.
Terpisah, Direktur PT Lima Satu Merdeka, Michael Tanudiredja mengaku bahwa faktor cuaca dan medan yang ekstrim membuat pekerjaan yang mereka lakukan menemukan hambatan.
Pasalnya, intensitas curah hujan di wilayah Atadei dan sekitarnya jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Lembata. Disana, hujan biasanya dari pagi sampai sore, bahkan berlanjut hingga malam hari.
Kondisi ini kata Michael, sering dialami para pekerja di lapangan. Para tukang dan operator alat berat sering berhenti kerja karena hujan deras. Mobil dump truck yang biasa membawa material batu, pasir, dan semen ke lokasi proyek pun selalu menemukan kendala karena jalanan licin dan berkelok.
“Karena hujannya di daerah Bakan itu lebih tinggi dibandingkan Lewoleba, di Bakan itu hujan dari pagi sampai sore,” ujar Michael.
Kendati begitu, selaku kontraktor, dia percaya pekerjaan akan selesai tepat waktu karena disatu sisi batas akhir kontrak masih sangat lama yaitu awal September 2023.
Terkait progres pekerjaan baru mencapai 3,5 persen, Michael menilai itu bukan masalah. Bagi dia itu hal wajar karena masih on the track atau sesuai jadwal pekerjaan yang mereka rancang.
Michael sendiri juga tidak mau kerja terburu-buru dengan alasan mengejar progres. Dia hanya ingin agar produk dari hasil kerjanya berkualitas dan bertahan lama. Karena menurutnya, pekerjaan yang lebih cepat selesai, kualitas atau mutunya biasanya selalu dibawa standar.
“Terus soal progres, kenapa masih 3,5 persen, karena itu memang masih sesuai schedule karena sampai September 2023. Kita kalau lebih cepat pun juga baik sih tapi 3,5 persen. Outputnya bukan 3,5 persennya, outpunya adalah hasilnya baik atau tidak,” ungkapnya.
Terhadap perkembangan lapangan, Michael menyebut bahwa saat ini pihaknya sedang fokus mengerjakan beberapa segmen kritis dan berat. Setelah itu di segemen-segmen lainnya yang lebih mudah menyusul untuk dikerjakan.
“Kita sengaja kerja di segmen yang paling berat dulu supaya saat lewat kita tidak lagi kesulitan karena medan, ini sudah kita selesaikan tinggal yang gampangnya, kita mau prioritaskan itu dulu,” terangnya.
Disaksikan katawarga.id, beberapa segmen kritis di dua lokasi proyek itu sedang dikerjakan. Ruas beberapa segmen jalan mulai diperlebar. Talud badan jalan dan drainase pun sedang kebut menuju rampung. Jika cuaca dan medan memungkinkan untuk dilintasi armada, diyakini persentase fisik proyek akan semakin meningkat. Apalagi didukung dengan perlengkapan armada yang mumpuni.
Sebagai informasi, proyek jalan di simpang Waikomo-Belobatang-Wulandoni, panjang 1.990 meter, menelan biaya senilai Rp.5.408.878.500. Sementara itu, segmen Watugolok Bakan-Paololo-Labala, panjang 2.980 meter, menghabiskan anggaran senilai Rp.7.780.316.000.
Kedua proyek tersebut bersumber dari dana hibah bencana alam, dari pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun Fiskal 2022.(red)