No Result
View All Result
KALI ini kritik keras datang dari kursi parlemen. Anggota DPRD Kabupaten Lembata dari Partai Amanat Nasional (PAN), Gaspar Sio Apelaby, kembali menohok Pemerintah Daerah Lembata dalam rapat paripurna, Selasa (30/9/2025).
Gaspar tak main-main. Ia menuding pemerintah terkesan acuh dan tak peka terhadap penderitaan masyarakat di Kecamatan Omesuri dan Buyasuri, yang selama ini berjuang keras hanya untuk seteguk air bersih.
“Kali ini saya ingatkan lagi kepada pemerintah daerah tentang masalah kebutuhan air untuk masyarakat di Kedang. Saya tidak akan bosan-bosan mengingatkan. Masyarakat saat ini susah mengakses air untuk kebutuhan hari-hari, bahkan harus mengeluarkan biaya cukup besar untuk membeli air. Bagi saya hal ini cukup miris,” tegas Apelaby.
Politisi asal Kedang itu menegaskan, anggaran 2026 wajib memprioritaskan penyelesaian proyek air bersih Wei Lain. Menurutnya, proyek itu sudah beroperasi, namun hanya sebagian kecil warga yang bisa menikmati manfaatnya.
“Kasihankan masyarakat yang harus susah payah untuk dapat air. Padahal air itu kebutuhan dasar. Bicara stunting, kesehatan, kemiskinan semuanya bersumber dari situ. Bahkan visi misi Bupati soal Nelayan, Tani, dan Ternak juga butuh air. Jadi pemerintah jangan tutup mata. Negara harus hadir,” ujarnya.
Gaspar bahkan menantang Pemerintah Daerah untuk membentuk tim khusus yang bekerja serius mengurai benang kusut proyek Wei Lain.
Ia mendesak agar tim tersebut mengidentifikasi akar masalah, melakukan kajian teknis, serta membentuk badan pengelola air yang profesional.
“Saya yakin dinas teknis sudah punya kajian, tapi pemerintah juga perlu dengarkan suara masyarakat. Bila perlu, datangkan ahli yang benar-benar paham soal teknis air. Jangan biarkan proyek mangkrak, sementara rakyat terus haus,” sindirnya.
Di akhir pernyataannya, Gaspar menyentil keras sikap lamban pemerintah yang seolah menormalisasi penderitaan masyarakat Kedang.
“Yang terpenting, pemerintah harus memastikan bahwa masyarakat di dua kecamatan ini bisa mengakses air bersih tanpa mengeluarkan biaya besar,” tutupnya dengan nada tegas.
Sorotan Gaspar Apelaby bukan tanpa alasan. Di tengah deru pembangunan dan janji manis visi-misi daerah, air—sumber kehidupan—masih menjadi barang mahal di jantung Kedang.
Pertanyaannya, berapa lama lagi rakyat harus menunggu janji pemerintah untuk sekadar bisa minum air dari tanahnya sendiri?(*)
No Result
View All Result